Museum opens only by Appointment.

62 024 831 5004

Pater Kalken dilahirkan pada 8 Juni 1880. Ia masuk novisiat Serikat Jesus pada 26 September 1901. Setelah menyelesaikan studi filsafatnya, Frater Kalken merasa dirinya dipanggil dalam misi oleh Tuhan. Namun oleh Pater Vogels sebagai pembimbing spiritualnya ditolak permohonan tersebut. Tak lama kemudian, Tuhan mengabulkan permohonannya dengan datangnya surat permohonan dari Pater van Lith yang membutuhkan 3 orang dalam karyanya di Indonesia. Dari permohonan ini, akhirnya Frater Hagdorn, Frater Kalken, dan Frater Rijckevorsel berangkat ke Indonesia dan tiba pada 30 Oktober 1909 di Muntilan. Selama 2 tahun, Frater van Kalken berkenalan dengan misi Jawa Tengah dan kemudian kembali ke Belanda ketika studi teologi.

Ia ditahbiskan menjadi seorang imam pada 2 Agustus 1914 di Maastricht, Belanda. Pater Kalken melanjutkan tahap akhir formasi Serikat Jesus dalam tersiat pada 20 Mei 1916 di Tullamore, Irlandia. Seusai tersiat, Pater Kalken kembali ke Indonesia dan membantu pendidikan di Muntilan. Ia ditunjuk sebagai Prefek studi di Muntilan hingga mendirikan sekolah bagi anak laki-laki Jawa di Ambarawa. Sekolah ini berkembang pesat dan ia akhirnya berhasuk membujuk para Suster Fransiskan untuk membuka sekolah normal perempuan dan kemudian Frater dari Maria Dikandung Tanpa Noda untuk mendirikan Mulo.

Sepeninggal Pater Van Lith, Pater Kalken ditunjuk menjadi pemimpin misi (1927-1935). Selama 8 tahun pemerintahannya, 14 gereja disahkan dan gereja Salatiga juga diperbesar. Ia memperdalam agama Katolik dengan mendukung usaha Pater van Hoof mendirikan rumah retret di Karangjati. Oleh karena itu pada tahun 1930 mulai didirikan Girisonta. Ia pun mendirikan Sendang Sono di Kalibawang sebagai devosi kepada Bunda Maria pada 8 Desember 1929. Selain itu ia juga mendirikan beberapa rumah sakit yang dikelola para biarawati dan juga rumah novisiatnya.

Seusai menjadi pemimpin misi, ia diangkat menjadi Rektor Sekolah Filsafat di Yogyakarta pada tahun 1940. Namun, ketika penjajahan Jepang, ia diinternir di beberapa tempat. Segera setelah dibebaskan, ia berjuang mendapatkan kembali perguruan tinggi dan melanjutkan misi pembangunan kembali. Sebagai profesor sejarah Gereja di Seminari Tinggi, dia mengajar para seminaris untuk mencintai Gereja dan mengagumi Tuhan melalui ajaran-Nya. Sebagai pembimbing spiritual ia membagikan pengalamannya yang penuh perjuangan.

Di akhir hidupnya, kemampuannya melemah karena tekanan fisik sehingga perlu dibantu dalam segala hal. Akhirnya ia menemukan istirahat abadinya pada 10 November 1953 dan dimakamkan di Kerkof Muntilan.

Riwayat Penugasan

Educatio Muntilan 1916-1921
Educatio Ambarawa 1921-1927
Pimpinan Misi Yogyakarta 1927-1935
Educatio – Kolese Kanisius Jakarta 1935-1938
Formatio Yogyakarta 1939-1942
Internir – Kamp Adek / Penjara Cipinang Jakarta 1942-1944
Internir – Penjara Sukamiskin Bandung 1944-1945
Internir – Kamp Pundong Bantul 1945-1946
Formatio Yogyakarta 1946-1953