Museum opens only by Appointment.

62 024 831 5004

Petrus Chrysologus Soeharsa (nama kecil beliau), dilahirkan dari almarhum Bapak-Ibu Bonifasius dan Sridjoharin Soetapanitra, pada tanggal 17 Oktober 1906 di Kratonan Kidul Serenga, Sala. Dipermandikan di Yogyakarta 30 Juni 1920.

Pendidikan yang dijalani sebelum masuk Serikat Yesus: 1913 - 1917 Pamulangan Anka II di Grogol (Sala) dan Wedi; 1918 - 1922 HIS di Kidulloji, Yogyakarta; 1922 - 1927 Kweekschool di Muntilan; dan 1927 - 1932 Seminari Menengah di Yogyakarta

7 September 1932 Frater Soeta masuk novisiat Serikat Yesus di Giri Sonta - Ungaran, dan mengucapkan kaul pertama pada tanggal 8 September 1934. Di Giri Sonta pula ia menyelesaikan pendidikan yunioratnya, 1934-1935. Tahun 1935 - 1938 ia belajar filsafat di kolese Ignatius, Yogyakarta. Langsung ia melanjutkan belajar teologi di Maastrcicht dan Valkenburg, Nederland. Pada 15 Agustus 1941 oleh Mgr. Lemmens, Pater Soeta ditahbiskan sebagai imam di Maastricht.

Sementara di Nederland mengalami perang dunia II dan pendudukan tentara Jerman, Pater Soeta dari kejauhan mengikuti perjuangan bangsa Indonesia untuk mendapatkan dan mempertahankan kemerdekaan. Beliau berkarya di paroki Utrecht dulu dan kemudian di Amsterdam sebagai pastor pembantu dengan tugas khusus memberi perhatian kepada orang Indonesia di Negeri Belanda. Pada 15 Mei 1946 sebagai imam muda, meski telah berumur 40 tahun, ia kembali ke Indonesia dan mulai belajar Bahasa Indonesia.

Sambil melanjutkan belajar bahasa Indonesia, sampai dengan tahun 1947 Pater Soeta berkarya sebagai direktur Seminari Menengah di Ambarawa dan pastor keliling Ambarawa, Salatiga, Ungaran dan Purwodadi. Dalam tahun 1947 itu pula selama tiga bulan ia dikirim sebagai missionaris di daerah Batak, Sumatera Utara.

Mulai bulan November 1947 sampai dengan tahun 1963 Pater Soeta menjadi pastor di Gedangan yang memperhatikan “pemeliharaan jiwa orang-orang Jawa dan Indo-eropa”, pastor militer pembantu, keliling stasi: Mijen, Boja, Plantungan, Sukorejo, Weleri, Kendal, Kaliwungu, Purwodadi dan sekitarnya. Selain itu menjadi moderator Wanita Katolik, sejak 1958 moderator kepanduan dan mulai 1962 pemimpin rumah yatim piatu.

Pada Juli 1963 Pater Soeta pindah ke Yogyakarta menjadi Pastor kepala di Kumetiran serta Gamping, sekaligus direktur majalah “Probo” dan pastor militer pembantu.

Dari 1968 - 1973 Pater Soeta sudah di Wonogiri sebagai Pastor Kepala. Tetapi dari 1973 - 1975 ia kembali lagi ke Sumatera menjadi misionaris di Kotabumi, Lampung Utara dan di Pringsewu, di Lampung Selatan. Setelah itu masih dua tahun ke Kalasan, dari 1975 - 1977 sebagai pastor pembantu, kemudian dua tahun lagi ke Magelang Utara juga sebagai pastor pembantu, mengingat usianya sudah 70 tahun. Setelah itu sampai awal bulan September 1992 ia berkarya lagi sebagai pastor pembantu di Wonogiri. Nampaknya Wonogiri sungguh melekat secara istimewa di hati Rama Soeta.

Salah satu sumbangan besar Rama Soeta bagi Gereja, dan khususnya Serikat Yesus, ialah usahanya mendalami kebudayaan Jawa dan Kejawen sebagai jalan inkulturasi pewartaan Kabar Gembira di antara kita. Beliaulah yang menemukan serta mempopulerkan "Berkah Dalem" pada umat katolik.

Ketika usianya sudah lanjut, hampir mencapai 86 tahun, Pater Soeta dikaruniai salib, kejangkitan t.b.c. penyakit yang akhirnya menghabiskan tenaganya. Pada hari Jumat 11 September Beliau menerima dengan penuh sadar sakramen orang sakit dari P. Provinsial. Selama hampir tiga minggu Beliau di rawat di Rumah Sakit St. Elisabeth, Semarang, sampai pada malam 30 September 1992 pukul 22.00 hamba yang setia dipanggil Tuhan untuk menerima pahala atas segala jasa selama hidupnya sebagai Jesuit serta imam.