Lahir di Groningen pada 26 September 1853, ia pergi sebagai anak kecil bersama orang tuanya ke Hindia Belanda, di mana ayahnya memegang jabatan pemerintahan. Pada usia sembilan tahun dia dikirim kembali ke Belanda untuk menyelesaikan studinya. Salah satu pater memberinya pelajaran dalam bahasa klasik, sehingga pada tahun 1872 ia dapat diterima di novisiat para Jesuit. Setelah ditahbiskan menjadi imam, dia kembali ke Indonesia sebagai misionaris pada tahun 1884, di mana dia diperintahkan untuk pergi ke Sumba untuk melaporkan misi ini. Perjalanan ini diikuti dengan penunjukan tetapnya di Atapoepoe, dimana dia hanya tinggal sebentar, setelah itu dia bekerja selama bertahun-tahun di Larantoeka di Flores. Pada tahun 1895 dipindahkan ke Tengah, setelah itu bekerja di Makassar, Djocja, Malang dan Madioen. Last but not least, dia sangat dicintai oleh anak yatim piatu, yang nasibnya sangat diperhatikannya dan yang melihat "kakek" mereka, begitu mereka biasa memanggilnya, meninggal dunia dengan kesedihan yang mendalam pada tahun 1927. Di Djocja ia menghabiskan bulan-bulan terakhir hidupnya dalam kondisi sakit-sakitan terus-menerus. Tuan kebun anggur tidak akan menahan upahnya dari hamba yang baik dan sederhana, semoga dia beristirahat dengan damai. Pada usia 75 tahun meninggal di Kolese St. Ignatius di Djocja setelah 43 tahun tinggal di daerah tropis. Ia dimakamkan di Kerkof Muntilan.
Paroki Atapupu | Timor | 1884-1887 |
Paroki Larantuka | Flores | 1887-1900 |
Paroki Padang | Padang, Sumatera Barat | 1900-1903 |
Paroki Ujung Pandang | Sulawesi | 1903-1911 |
Paroki Kidul Loji | Yogyakarta | 1911-1912 |
Cuti | Belanda | 1912-1913 |
Paroki Kidul Loji | Yogyakarta | 1913-1915 |
Paroki Malang | Malang | 1915-1918 |
Paroki Kidul Loji | Yogyakarta | 1918-1924 |
Paroki Madiun | Madiun | 1924-1927 |