Pater Dibja lahir pada 3 Mei 1919 di Gatak, Nglinggi, Kebon-Arum, Klaten. Dibaptis pada 1928 di gereja Klaten. Ayahnya bernama Bapak J. Hardjasuwita yang pernah menjabat Kebayan desa. Pater Dibja bersekolah di MULO Yogyakarta selama satu tahun dan pindah ke HIK, Muntilan (1931-1934).
Pater Dibja masuk novisiat Serikat Jesus di Girisonta pada 7 September 1939. Kemudian melanjutkan Yuniorat pada 1942 dan Filsafat di Jogjakarta. Namun, keadaan pendudukan Jepang, maka pada tahun 1943-1946 ia menjadi pamong di rumah yatim piatu Kramat, Jakarta. Setelah itu melanjutkan kembali pendidikan filsafatnya (1946-1948), dan kemudian melanjutkan belajar teologi di Maastricht, Belanda (1948-1952).
Ia menerima tahbisan imamnya dari tangan Mgr. Lemmens pada 22 Agustus 1951 di Maastricht, Belanda. Tak lama sesudahnya, ia melanjutkan formasi tahap akhir Serikat Jesus dalam tersiat di Girisonta (1954) dan mengucapkan kaul akhirnya pada 2 Februari 1955.
Riwayat Penugasan
Paroki Purbayan + Direktur Majalah Praba | Surakarta | 1952-1953 | Paroki Bintaran | Yogyakarta | 1954-1962 |
Paroki Wonosari | Yogyakarta | 1962-1973 |
Paroki Muntilan | Muntilan | 1973-1978 |
Pada Kamis, 17 Agustus 1978 pagi, Romo merasa sungguh tidak kuat untuk bangun, lemas, dan tidak berdaya, maka ia menyuruh orang memanggil Romo Smit untuk mempersiapkan misa. Ketika Romo Smit datang, dan tidak mendapat kesan gawat, mereka omong-omong sebentar “bagaimana rasanya,” namun romo Dibya diingatkan agar misa dulu sebab sudah jam dan umat menunggu.
Sesudah misa ternyata Romo Dibya sudah mulai bersyukur pada Tuhan di surga. Hari itu ia akan memberkati rumah susteran ADSK yang baru, tetapi sebelum upacara itu, Tuhan memanggil hambanya yang amat setia ini. Ia dimakamkandi Kerkof Muntilan.