Museum opens only by Appointment.

62 024 831 5004

Pastor Lambertus Donkers, seorang imam Serikat Yesus dan misionaris apostolik di Larantuka, meninggal dunia pada 17 Oktober 1910 dalam usia 36 tahun.

Ia tiba di Batavia dari Belanda pada 30 Oktober 1909 dan segera ditugaskan di Surabaya untuk menggantikan Pastor Cornelius Laane, yang meninggal secara mendadak pada 21 November tahun itu. Bagi mereka yang telah mengenal Pastor Donkers sebelumnya, tidak mengherankan melihat semangat dan antusiasmenya saat melangkah ke tanah misi. Dengan hati yang besar dan cita-cita yang tinggi, ia bertekad untuk bekerja demi kemuliaan Tuhan serta keselamatan jiwa-jiwa yang tak terhitung jumlahnya.

Secara perlahan, ia mulai memasuki kehidupan sebagai seorang misionaris sepenuhnya. Pada September, ia menjalankan misi ke Conga dan Lewolaga, dengan keberanian menghadapi perjalanan selama tiga minggu. Hasil dari misinya sangat berarti: tiga pembaptisan, 256 pengakuan dosa, 228 Komuni Kudus, serta satu orang sakit yang menerima Minyak Suci. Di samping itu, ia juga mengadakan latihan novena bagi umat di Conga.

Suatu pagi, setelah membaca Misa dan mendengar pengakuan dosa para suster, ia mulai merasa tidak enak badan. Mengira itu hanyalah serangan empedu biasa seperti yang pernah dialaminya di Belanda, ia berharap kondisinya akan membaik di sore hari sehingga bisa kembali menjalankan pelayanannya. Namun, harapan itu pupus, dan ia akhirnya meminta Pastor Hoeberechts untuk bertukar jadwal khotbah dengan harapan kesehatannya membaik keesokan harinya.

Sayangnya, keesokan harinya ia tidak mampu memimpin Misa, dan meskipun berusaha tetap bertahan, hari itu ia harus merelakan orang lain menggantikannya dalam berkhotbah. Suhu tubuhnya meningkat, nafsu makannya hampir hilang, tetapi ia tidak mengeluh sedikit pun. Meskipun jelas bahwa ia mulai sakit serius, baik dirinya maupun orang-orang di sekitarnya tidak menyangka bahwa kondisinya akan begitu kritis.

Pada Minggu pagi, ia masih sempat datang ke ruang makan untuk menerima surat-suratnya, berharap mendapatkan berita dari tanah kelahirannya. Bahkan di sore hari, ia masih bercengkerama bersama rekan-rekannya. Keesokan paginya, setelah makan roti kering dengan daging, ia merasa perutnya mulai membaik dan meminta agar tidak diberi obat lagi—tanpa disadari bahwa itu akan menjadi kata-kata terakhirnya.

Tidak lama setelah itu, wajahnya tampak berubah dan ia tidak lagi memberikan respons. Pastor Hoeberechts dipanggil, tetapi belum menyadari ancaman serius, ia meminta seorang Bruder untuk tetap berada di sisinya sementara yang lain melanjutkan makan siang. Namun, tak lama kemudian, Bruder itu kembali dengan kabar bahwa situasinya memburuk dengan cepat. Meskipun masih berharap bahwa ini hanyalah krisis sementara yang akan ia lalui, diputuskan untuk memberinya Sakramen Kudus terakhir. Mulai saat itu, para imam bergantian menjaga di sisinya.

Namun, Tuhan memiliki rencana lain. Pada pukul setengah tiga, semuanya dipanggil ke rumah sakit karena tanda-tanda akhir semakin jelas. Dalam suasana penuh doa, misionaris muda itu menyerahkan jiwanya dengan tenang kepada Sang Pencipta. Meski waktunya di kebun anggur Tuhan terbilang singkat, pengorbanan yang ia lakukan dengan penuh kemurahan hati serta kerinduan besar untuk melayani umat membawa dirinya menuju kedamaian abadi.

Pastor Lambertus Donkers lahir di Ravenstein pada 2 Juli 1874 dan meninggal pada 17 Oktober 1910, di usia yang masih begitu muda—hanya 36 tahun.