Pater Kraayvanger lahir pada 28 Maret 1835. Ia memulai perjalanan rohaninya dengan masuk novisiat Serikat Jesus pada 25 September 1856, kemudian ditahbiskan menjadi imam pada 8 September 1868. Setelah itu, ia melanjutkan formasi tersiat dan mengucapkan kaul akhirnya pada 2 Februari 1871.
Misi ini mengalami kehilangan besar dengan wafatnya Pater Jac. Kraayvanger. Sebagai seorang misionaris terkemuka, ia mengabdikan diri dalam pelayanan suci di Pulau Timor, khususnya di Atapoepoe, pada masa-masa paling produktif dalam hidupnya. Ia dianggap sebagai salah satu pendiri misi ini. Pater Kraayvanger meninggal pada usia hampir 54 tahun, tepatnya pada 6 Februari 1889, dan dimakamkan di Atapupu.
Tanggal 6 Januari 1889 akan selalu dikenang sebagai hari penuh syukur bagi misi di Atapoepoe—hari di mana, dengan berkat Tuhan, sebuah gedung gereja baru berdiri. Selama bertahun-tahun, peningkatan jumlah umat yang setia, terutama saat hari Minggu dan hari libur, menunjukkan bahwa gereja yang ada semakin terasa sempit. Tantangan besar muncul: apakah memperbesar gereja yang sudah ada atau membangun yang baru dari awal?
Pastor Kraayvanger lebih memilih opsi kedua, karena gedung gereja lama dapat dialihfungsikan menjadi sekolah untuk sekitar empat puluh anak. Selain lebih efisien dari segi biaya, keputusan ini juga menjawab kebutuhan mendesak akan sekolah baru bagi komunitas.
Dengan penuh keberanian dan kepercayaan pada pertolongan Allah, karya baru ini diterima dan dijalankan sebagai bentuk penghormatan kepada Hati Ilahi Yesus—demi kemuliaan agama serta keselamatan jiwa-jiwa. Berbagai kesulitan yang menyertai pembangunan gereja baru pun dirasakan, termasuk tantangan besar akibat keberatan dari pihak Lande terhadap kehormatan pastor paroki di Timor. Akibatnya, para pastor kehilangan hak atas remunerasi dari pemerintah, sehingga masyarakat miskin hanya mampu berkontribusi dengan menyediakan pasir untuk persiapan kapur yang dibutuhkan. Namun, gereja baru akhirnya berdiri, menjadi buah dari semangat dan pengorbanan. Dengan penuh kebahagiaan, para misionaris menghadapi kesulitan untuk menutup hutang yang muncul, yakin bahwa segala sesuatunya akan berakhir dengan baik.
Pesta sukacita dalam konsekrasi gereja baru masih segar dalam ingatan ketika kebahagiaan itu tiba-tiba terganggu oleh peristiwa memilukan bagi Misi Atapoepoe. Bagi Pater Jacobus Kraayvanger, misionaris yang penuh semangat, tanggal 6 Januari 1889 adalah hari sukacita sejati—hari ketika gereja baru mulai berdiri tegak sebagai simbol iman yang kokoh. Namun, hanya sebulan kemudian, pada 6 Februari 1889, hari itu menjadi saat sukacita surgawi bagi dirinya, sementara bagi jemaat Kristen Atapoepoe-Djenillo, hari itu adalah saat berkabung yang mendalam. Tuhan memanggil hamba-Nya yang setia, seorang misionaris yang tidak mencari kebahagiaan selain dalam pengabdiannya kepada Tuhan, berjuang demi kemuliaan-Nya, dan memperluas kerajaan-Nya di Timor Tengah yang masih membutuhkan terang iman.
Riwayat penugasan selama di Indonesia :
# | Karya | Lokasi | Tahun |
---|---|---|---|
1 | Di luar Indonesia | IN ITINERE | 1876 |
2 | Pastor Paroki Larantuka (Tengah, Wureh, Solor, Lomblen) | Flores | 1876-1883 |
3 | Pastor Paroki Atapupu (Lahurus, Ularo, Jenilu) | Timor | 1883-1889 |